Wednesday, March 24, 2010

Mimpi Indah

Langit kali ini mendukungmu
Bulan malam ini sempurna untukmu
Dan bintang saat ini sedikit berkilau
Terhalang awan yang berenang riang di udara
Sedang engkau terbaring tenang menikmati
Lelap senyap yang selama ini kau nanti
Yang sejak sehari tak kenal kata mati
Semoga saja indah yang kau rasa dalam tidurmu
Hiasi bunga-bunga yang berada di alam bawah sadarmu
Venus yang terang perlahan bersembunyi
Di balik pepohonan dan sebentar lagi kan tenggelam
Tapi pesona permata dalam lelapmu
Tetap memantulkan embun-embun
Mewarnai mimpimu malam ini

(Mimpi indah ya)

Friday, March 12, 2010

Menyentuh Angin

Semilir sejuk pagi hari
Menyapa fajar nan layu
Hari ini burung pipit berkicau
Mendengar seruan kawan-kawannya
Seakan ingin mencari perhatian
Awan pun menggumpal membentuk rupa
Perlahan terbawa angin
Terbang membelah langit
Birunya mengundang rasa haru
Bersama daun yang bergoyang dibelai angin
Cerahnya mentari
Menembus air yang menggenang sendu
Terlukis merdu
Di atas kertas syahdu

Monday, March 8, 2010

Siapa Dia?

Akhirnya menjalar ke pikiranku
Yang menyerang hati tempatku terdiam
Perlahan rasa sedikit menyatu
Penuh alunan puing rasa yang berbeda
Dan kini akan menjelma
Menjadi seorang yang kusayang
Dengan kata penuh makna kan kunyatakan
Simponi-simponi hasil rampasan
Hatiku yang telah sebagiannya dicuri
Sayang asa tak mampu tuk tanya
Identitas asli seorang belia yang kulihat
Sehingga aku masih terpesona
Dalam satuan lingkup keingintahuan
Segala apa tentang dia
(Ku ingin tahu siapa dia)

Saturday, March 6, 2010

Untuk Kau Yang Menerima

Maaf jika kukatakan
Dalam untaian kata diatas kertas
Diwarnai kalimat tak karuan
Dan tak bisa menyentuh alam bawah sadarmu
Sedangkan kau terlanjur menjauh
Dan inginku tuk lakukan sesuatu
Padamu, yang terlanjur bersama cahaya
Ku tak lagi bisa lihat senyummu
Pesona wajahmu nan bersinar
Terus membasahi labirin otakku
Mungkin padamu tak sepertiku
Meski tak seperti harapanmu
Tapi, teruntukkan surat ini
Untuk kau yang menerima
(Surat yang tak sempat kuberikan)

Thursday, March 4, 2010

Sepi Mati

Sunyi hati sendiri berdiri

Cahaya hati meredup per menit

Relung hati kondisikan kondisi

Seperti hati dan waktu menanti

Juga hati yang setia mengarungi

Ruang hati hampakan suci

Lama hati menunggu disini

Sepi hati sang pujangga mencicipi

Waktu hati tempatnya ditangisi

Saluran hati darah meracuni

Perlahan hati bangkitkan puisi

Karena hati telah penuh terisi

Hati sepi kan mati sendiri

(Apa yang kau rasakan waktu sepi?)

Gadis Bulan

Sulit merangkaikan kata Indah

Untuk seorang gadis yang bersinar

Bagai bulan purnama yang terang malam ini

Dan kulihat agar merasa dekat dengannya

Dia juga mungkin punya rasa yang sama

Dengan dekatnya pandangan kami ke bulan

Gadis yang kukenal jauh

Namun bulan yang dapat menyampaikan

Bahwa aku senang mengenal dia

Meskipun bulan hanya bersinar sebentar

Tapi bagiku dia takkan padam

Selama dia masih kurasa benderang

Walau langit yang bersamanya

Telah gelap gulita

Tuesday, March 2, 2010

Tanpa Judul (Ilma Alyani)

Ingin aku mengungkap cinta
Dalam bahasa matematika

Cinta itu seperti turunan trigonometri
Diturunkan berkalipun takkkan terhenti
Ia layaknya deret geometri
Dengan rasio yang membuat nilanya menjadi tak hingga

Atau mungkin grafik fungsi pangkat tiga
Punya titik paling atas dan paling bawah
Kadang berlawanan dengan logika
Hingga implikasi tak sama lagi dengan kontraposisinya

Cinta tak mudah ia ditebak
Satu ditambah satu bisa jadi bukan dua
Alangkah sulit untuk diterka
Ibarat kerumitan soal kombinatorik

Dan ingin kukatakan pada semua orang yang kucinta
Bahwa cintaku bukan proyeksi pada dimensi tiga
Lebih dari luas permukaan prisma
Apalagi sebatas volum limas segi lima

Karena cintaku
Adalah bentuk integral tak tentu
Karena menurutku
Tak ada yang cukup untuk definisinya

Aku Ingin Melukisnya

Berikan aku sebuah pensil

Akan kulukis dia diselembar kertas

Telah ada wajahnya di pikiranku

Yang sekarang senyumannya jelas

Aku berubah pikiran

Tak perlu berikan aku pensil

Akan kulukis dia diangkasa

Dengan imajinasiku sebagai penanya

Yang menggoreskannya diatas awan

Dan sekarang terlukis jelas disela indahnya langit itu

Dengan bayang senyum yang selalu kutunggu

Pria Kesempitan

Kau bukanlah kesepian

Dalam tumbuhan kaktus dan durian

Yang mengagum cahaya

Dari jauh dan penuh pengharapan

Rasamu melebihi kesepian

Dan terjepit sempit dalam cita

Juga para pejuang yang datang bergantian

Memberi semangat dan dukungan

Namun kau tak bisa

Mengambil kesempatan dalam kesempitan

Kasihan

Maaf

Maaf bila aku sering mengusikmu

Dengan berbagai kata serta bayangan

Dengan kalimat serta cahaya

Dan dengan simponi yang menyala

Tak lain hanyalah pengaguman

Kepadamu yang begitu bersinar

Pesonamu suci

Diluar batas pikiran yang dapat kubayangkan

Hingga aku hanya bisa melihatmu

Dari jauh dimensi yang berbeda

Dan maaf bila aku sering mengusikmu

Monday, March 1, 2010

Untuk Pengagum Bintang

Kau sering bilang

Dia bintang dari utara

Yang kau kagumi

Dari kejauhan dimensi lain

Mungkin sebuah alunan

Simponi berbisik

Dalam hatimu yang terbesit

Lantunan cita

Penuh sayang

Terhadap bintang

Yang berkilau tanpa henti

Lindungilah bintang itu

Lewat rasa asa

Harapan menggapai

Agar kau dapat bersama sang bintang

Tanpa akhir nan suci

Pengaguman terbalaskan Penyesalan

Kagumku menembus batas langit

Cintaku mekar iringi senyum manisnya

Kebaikannya suci lewati awan

Tapi sayang,

Kepalsuan mendukungnya

Kagumku lenyap dibawah lautan tak berdasar

Menusuk hingga kerelung jiwa

Ku hanyut dalam penyesalan

Uluran tangan sebuah harapan tak tergapaikan

Aku terlempar dari cahaya

Dan kini merangkak di dasar hitam

Yang terlihat hanyalah hamparan kegelapan

Sesal tertawakanku

Aku sedih...

Kemenangan

Perjuangan terbalaskan kebanggaan

Dengan darah dan keringat

Yang bercucuran membasahi semangat

Buah dari kerja keras yang tak padam

Akhirnya terkobarkan jua

Rasa yang begitu lama terpendam

Membuncah tak karuan

Aku kembali dari kekalahan

Kemeriahan suara

Jutaan tepukan tangan

Kudengar

Kini aku yang menang

Kekalahan

Aku terbuang dari kemenangan

Tersudut, terdiam, terpenjara dalam kesedihan

Ku coba bangkit dari kekeliruan

Tapi tetap ku terjatuh dalam kesalahan yang kedua

Ku terperangkap dalam labirin tua

Beribu tahun terasa menyakitkan

Setiap saat kuteriakkan kemarahan

Tak satupun jawaban yang kudengar

Isak tangis yang perlahan kulakukan

Tak jua datang pertolongan yang membahagiakan

Kepasrahanpun menghampiri

Ku akui aku kalah

Penyejuk Mata Hati

Mata bening bersinar

Suara lembut melantun

Tak tenang hati tanpa semua itu

Kaki melangkah mengkhayalkan

Burung bernyanyi menyambut

Rasa yang berbeda menghampiri

Menyejukkan hati yang hangat

Lembut hati belaian angan

Tetesan embun yang menyapa

Seakan menyentuh hati yang hampa

Dia menyejukkan hati ini

Lewat segala apa yang ku lihat

Rindu Putih

Bayang putih lintasi langit rinduku

Menutup pandanganku khayalkan imajinasiku

Semua yang kelam tak berarti apapun

Putihnya mengundang rinduku

Sebungkus kalimat tak cukup menutupnya

Sekejap berpaling buatku tak tentu

Arah rinduku menuju ke dia

Tak terbilang angka rinduku

Tak terhingga nilai hatinya

Taklukkan kelamnya pikiranku